Hot News

" ** " *** " Success and Enjoy with The New School Year "

Thursday, March 1, 2012

Melatih Konsentrasi Anak

"Randi, ayo duduk, Sayang. Selesaikan gambarmu!" kata seorang guru kelas di TK B (K-2). Perintah senada dilakukannya berulang-ulang, juga pada anak-anak lain. Mengapa anak prasekolah sulit fokus pada tugasnya?

Pemandangan anak-anak TK yang tak bisa duduk diam di kelas adalah biasa. Wajarnya memang begitulah mereka mengingat sebagian besar aktivitas anak usia prasekolah melibatkan gerak fisik dan bermain. Itulah mengapa, agak sukar bagi mereka bila harus duduk diam dalam waktu lama dan berkonsentrasi. "Sepertinya setiap anak dilengkapi dengan energi yang tak ada habis-habisnya untuk terus bergerak dengan lincahnya," kata Dra. Geraldine K. Wanei M.Psi., Lektor Kepala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unika Atma Jaya, Jakarta. 

Meskipun begitu, lanjut pendidik yang akrab dipanggil Gerda, anak-anak prasekolah boleh diajarkan untuk duduk diam menerima pelajaran. Apalagi di TK B (K-2), anak-anak sebaiknya memang dipersiapkan untuk menerima sistem belajar di SD (Sekolah Dasar), dimana murid-murid mulai dituntut untuk tak ada lagi ribut atau berlarian di kelas. "Tetapi tentunya pengenalan itu hanya bisa dilakukan bertahap. Enggak bisa, kan, kalau tiba-tiba anak langsung disuruh duduk diam dan tak boleh berjalan-jalan di kelas." Jadi, aturlah kegiatan anak agar dapat fokus pada tugas yang diberikan dan menyelesaikannya dengan memperhatikan prinsip berikut.


JANGAN LEBIH DARI 15 MENIT
Orang tua perlu tahu, tingkat kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama-sama dengan perkembangan fisiknya, terutama otot-otot kecil pengendali gerakan. Konsekuensinya, anak usia 4 sampai 5 tahun umumnya lebih senang menyelesaikan tugas yang singkat, membongkar apa yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali.

"Nah, dengan melihat karakteristik ini, persiapkan tugas dengan rentang waktu yang sesuai." Misalnya, tak perlu orang tua atau guru memberi pelajaran menggambar atau menggunting selama satu atau dua jam terus-menerus, karena umumnya anak-anak di TK hanya akan betah duduk diam paling lama 15 menit. "Jadi, guru harus mencari kegiatan yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu 15 menit itu."

Bila anak diberi tugas panjang yang membuat mereka harus duduk diam dalam waktu lama, maka fokus pada tugas dan konsentrasinya akan cepat hilang. Barulah setelah anak mampu duduk diam selama 15 menit dan asyik mengerjakan tugasnya, guru boleh meningkatkan waktunya secara bertahap, misalnya ditambah 5 menit, begitu seterusnya.

DILATIH SAMBIL BERMAIN 
Namun Gerda mengingatkan, meski anak tampaknya semakin anteng mengerjakan tugas, bukan berarti kita lantas bisa membebaninya dengan pelajaran-pelajaran yang belum menjadi kewajibannya. Contoh, langsung mengajarkan membaca atau menulis. "Di masa TK, meskipun sudah di TK besar, kita menyebutnya masa pramembaca, pramenghitung dan pramenulis atau belum sampai pada berhitung, membaca atau menulis yang sesungguhnya. Semuanya masih dilakukan sambil bermain." Intinya, tidak bijak jika anak prasekolah dipaksa cepat belajar membaca, menulis, dan berhitung sambil dituntut berkonsentrasi lama.

"Melatih anak untuk konsentrasi pada tugasnya juga bisa dilakukan sambil bermain, kok!" tukas Gerda. Jangan kita memforsir anak untuk belajar macam-macam di usia dini hanya untuk mengejar satu target. Umpama, harus sudah menghitung sekian puluh, padahal kemampuan anak usia 5 tahun mungkin baru 1 sampai 10. "Kalau dia hanya bisa sampai segitu, ya, itu saja yang dilatih untuk dikembangkan," tandasnya.

SIKAP TUBUH BENAR
Membantu anak menumbuhkan konsentrasi belajarnya, lanjut Gerda, juga dapat dilakukan dengan mengajarinya sikap belajar yang benar. "Misalnya saja saat menulis, harus juga diperhatikan posisi duduknya supaya jangan sampai tiduran sambil kaki ke mana-mana."
Jadi, jika ingin anak bisa fokus pada tugas yang dikerjakannya, guru harus mampu menunjukkan pada murid, bagaimana sikap duduk yang baik. "Kalau duduknya asal-asalan, tidak dengan punggung tegak, pasti sebentar saja anak sudah merasa capek, kan?"
Contoh lain, memegang pensil. Menurutnya, jika ada anak di usia SD yang masih belum mampu memegang pensil dengan baik, semisal masih seperti memegang palu atau memegang sendok, bisa saja karena waktu masih di TK B si anak belum diajarkan bagaimana memegang pensil yang tepat. "Kelihatannya sepele, ya, tapi salah memegang pensil bisa membuat anak jadi terganggu konsentrasinya karena bisa saja anak mengeluh jari-jarinya jadi sakit. Tentu kalau jari-jarinya sakit, bagaimana dia menyelesaikan satu tugas yang diberikan dalam waktu tertentu?"

ALAT BANTU SIAP
Selain itu, keberhasilan anak saat memberikan perhatian pada tugasnya juga bergantung pada kesiapan alat bantu yang ada. Misal, di kelas seharusnya guru sudah mempersiapkan alat peraga yang lengkap pada saat mengajarkan atau memberi tugas. Jangan lagi asyik-asyiknya menerangkan sesuatu, tiba-tiba terhenti karena guru terlupa salah satu alat. Akibatnya, anak-anak yang tadinya sudah fokus mendengarkan, bisa saja perhatiannya jadi buyar lagi karena si guru "grogi" mencari alat bantunya.

FISIK DAN KOGNISI HARUS SEIMBANG
Bila anak-anak hanya dibiarkan bermain mengembangkan fisiknya, mereka tak akan mengembangkan kognisinya. Oleh karena itulah kita perlu menyeimbangkan kegiatan fisiknya dengan kegiatan yang membutuhkan ketekunan dan konsentrasi semisal main lego, meronce, menggambar, atau pasel. Keberhasilan dalam menggunakan permainan ini tergantung pada kesabaran, koordinasi dan ketangkasan anak.
Anak dengan usia prasekolah akhir dapat diberi pasel dengan jumlah kepingan yang lebih banyak. Minta mereka menyelesaikannya sebelum beranjak dari tempat duduk. Ketika seorang anak sedang menyusun pasel atau membangun sebuah menara dengan balok-balok, dia belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Mainan yang mengasah konsentrasi juga menolong anak membedakan bentuk dan pola-pola serta membangun koordinasi antara mata dan tangannya, sehingga mereka nantinya siap belajar membaca.
"Jadi, meski si anak aktif punya kesempatan bermain yang melibatkan fisiknya, ia juga perlu ketekunan. Dengan begitu, wawasannya jadi luas," bilang Gerda. Bila anak hanya diarahkan bermain menggunakan fisik saja terus-menerus, ia kurang mendapat kesempatan memperoleh berbagai pengetahuan dan kurang terlatih ketekunan serta konsentrasinya. Menjadi tugas orang tua dan guru untuk mencari aktivitas yang menuntut konsentrasi dan ketekunan. Tentu saja disesuaikan dengan usia anak sambil tetap memasukkan suasana bermain.
Kemampuan memperhatikan dan berkonsentrasi setiap anak itu berbeda-beda. Kegiatan apa saja yang dapat mengembangkan perhatian dan konsentrasi si kecil?
“Aku tidak bisa, terlalu sulit !” Aku tidak mau mengerjakannya, aku main saja!” itu adalah beberapa penolakan yang mungkin akan Anda dengar dari si kecil ketika Anda memintanya melakukan sesuatu.
Konsentrasi adalah kemampuan untuk memberi perhatian khusus terhadap kegiatan maupun orang tertentu dan mengabaikan hal menarik lain di sekelilingnya. Anda mungkin memperhatikan bagaimana si kecil memberi perhatian yang lebih pada satu kegiatan dibanding kegiatan lainnya, misalnya saat nonton TV. Saat Anda memintanya untuk melakukan sesuatu, si kecil sulit memfokuskan perhatian dan tidak menyukainya.

Kemampuan untuk memperhatikan dan berkonsentrasi dibagi menjadi dua sistem yang berbeda di otak. Jenis sistem pertama adalah reaktif, yang berdasar pada sistem pusat emosi di otak. Atensi reaktif adalah perhatian yang pasif dan tanpa sadar. Sistem ini sudah ada sejak bayi dilahirkan; kita tidak perlu mempelajarinya. Sistem kedua adalah terfokus, berdasar pada pusat eksekutif otak, korteks depan – bagian otak yang bertanggung jawab melakukan perencanaan, pengaturan dan antisipasi konsekuensi tindakan yang diambil. Kita tidak mendapatkannya secara otomatis, karena itulah sistem atensi jenis ini harus dikembangkan agar dapat bekerja secara efektif.
Saat si kecil menonton televisi, ia akan mengaplikasikan sistem reaktif. Jika kita bicara mengenai kegiatan yang memerlukan duduk tenang, maka sistem atensi terfokus sangat penting untuk tingkatan pemikiran dan pembelajaran lebih tinggi. Sistem ini memerlukan perhatian berorientasi pada tujuan dan dilakukan secara sadar.

Faktor yang mempengaruhi konsentrasi adalah rentan atensi atau attention span; yaitu jangka waktu seseorang untuk dapat berkonsentrasi pada pekerjaan tanpa merasa terganggu. Attention span berbeda-beda seiring bertambahnya usia dan umumnya anak-anak yang memiliki attention span lebih pendek ketimbang orang dewasa. 

Berikut beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan perhatian dan konsentrasi si kecil:

Batita usia 1 – 3 tahun
Pada tahap ini, anak akan melakukan waktu lebih lama untuk melakukan satu kegiatan dan menguasai ketrampilan tertentu.
1.    Metode yang bagus untuk membangun attention span adalah prakarya. Anak akan lebih mudah fokus jika mereka mengerjakan sesuatu yang mereka nikmati. Mereka masih belajar untuk mengendalikan koordinasi mata-tangan dan menggerakkan otot motorik halus. Karena itulah, kegiatan prakarya bebas (seperti menggambar, bermain playdoh, atau bahkan finger painting) merupakan kegiatan yang bagus untuk mereka. Dengan cara ini si kecil tidak akan merasa tertekan dalam melakukan sesuatu yang nyata dan dapat pula membangun kepercayaan dirinya. Hargai usaha si kecil, apapun hasilnya.
2.    Berikan padanya bahan-bahan sensori – playdoh, mainan air, kerupuk yang belum digoreng, atau tisu basah dalam wadah. Duduk dan ajak si kecil bermain, namun jangan mendominasi permainan. Biarkan dia meluangkan waktu dalam mengeksplorasi bahan mainan dan bicaralah padanya sesekali; jelaskan tekstur bahan yang dipegangnya dan apa yang sedang kita lakukan (menepuk, meremas, dll). Kata-kata Anda dapat membantu si kecil fokus pada apa yang sedang dia lakukan. Cobalah benda lainnya hingga Anda dapat menemukan bahan yang paling disukai si kecil. Kita harus ingat bahwa “proses” yang sedang dia lakukan lebih penting daripada “hasil”nya.
3.    Saat ia dapat duduk diam selama beberapa menit ketika melakukan sesuatu atau kegiatan secara berulang-ulang, biarkanlah beberapa saat tanpa mencampurinya. Ini adalah kesempatan bagus baginya untuk mengembangkan ketrampilan berkonsentrasi.
4.    Kemampuan mengingat kejadian yang telah lewat pada seorang anak dapat membantu memperpanjang attention span-nya.

-    Saat bermain peran, perhatikan bagaimana si kecil mencoba meniru gaya Anda dengan telepon mainan, atau pura-pura sedang memberi makan bayi. Dia sedang menciptakan kembali hal-hal di sekeliling yang berhasil diamati. Si kecil dapat bermain peran dengan jangka waktu lebih lama dan disaat yang sama juga menyelesaikan masalah, membuat beberapa pilihan, dan memahami dunia di sekeliling mereka.
-    Biarkan si kecil mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari; berpakaian, makan dan membereskan mainannya. Kegiatan ini juga akan mengembangkan ketrampilan memori dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas.

Anak usia 3-6 tahun
Anak-anak usia tiga hingga enam tahun telah berhasil berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas fisik seperti menggunakan jemari untuk mengancingkan pakaian mereka, menggunting kertas, mengisi wadah air, dan menyiram tanaman. Lamanya jangka waktu berkonsentrasi seringkali tergantung pada ketahanan mereka terhadap gangguan atau intensitas ketertarikan mereka pada saat itu.
1.    Dengan bertambahnya kemampuan anak, dia akan bisa mengerjakan proyeknya sendiri.
-    Ajak si kecil melakukan kegiatan yang lebih terstruktur dan bertujuan, misalnya membuat kartu ucapan, menulis maupun menyalin pesan sederhana, atau membuat prakarya.
-    Anda juga dapat memintanya menata meja makan, melipat pakaian, merapikan mainan kemudian mengaturnya di lemari. Pekerjaan ini akan membantunya agar dapat fokus menyelesaikan tugas.
2.    Dengan meningkatnya attention span-nya, si kecil mungkin akan memerlukan waktu lebih lama ketika dia sedang melakukan kegiatan yang disenanginya. Beri waktu untuk berpikir dan menjelajah melalui berbagai masalah dan mencoba solusi yang berbeda-beda.
3.    Dalam batasan tertentu, permainan di komputer juga dapat membantu melatih konsentrasi otak lebih lama. Yang perlu diperhatikan pilihan permainan edukatif yang membuat si kecil lebih terfokus untuk melatih sistem atensi dan bukan sistem reaktif.
4.    Biasakan agar si kecil terbiasa dengan kesunyian. Carilah sebuah tempat sepi yang akan membantunya mengembangkan dan meningkatkan konsentrasi serta memperbaiki attention span-nya. Beri mereka benda-benda sebagai objek konsentrasi, seperti pohon, bunga, pemandangan, ingatan, foto, maupun buku, dan dorong mereka menikmati kesunyian bersama dengan Anda (bahkan pada anak-anak yang lebih kecil). Anda dapat juga meminta si kecil untuk mendengarkan suara secara seksama untuk mengidentifikasi perbedaan bunyi yang didengarnya dan secara bersamaan meningkatkan konsentrasinya.
5.    Attention span memainkan peranan penting pada tahap pelajaran membaca. Keterampilan auditori dan visual anak-anak sangat penting dikembangkan sejak dini untuk dapat mengetahui prinsip membaca dan mengeja. Membaca buku bersama, memperkenalkan simbol kata-kata dan belajar memilah bebunyian di sekeliling merupakan latihan yang baik untuk dilakukan.
Ada masa ketika satu kegiatan dirasakan terlalu berat untuk si kecil. Berikan dia memilih untuk tidak berpartisipasi atau hanya ikut sebagian dari kegiatan tersebut. Tugas kita sebagai orang tua adalah mendukung anak mengembangkan konsentrasi dalam kegiatan pilihan mereka dengan menyediakan banyak waktu setiap hari. Di saat yang sama, kita juga harus mendorong secara halus agar mereka tetap melakukannya meskipun mereka merasa tidak nyaman. Ubahlah “Aku tidak bisa!” menjadi “Aku bisa!” caranya dengan menyediakan aktivitas menarik sesuai dengan perkembangan mereka sehingga membuat mereka berhasil menguasai ketrampilan tersebut.
Psikolog perkembangan anak Unika Atmajaya, Fabiola Priscilla Msi mendefinisikan memori atau daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat pengalaman terdahulu yang kemudian bisa menggunakannya kembali pada situasi yang berikutnya atau disebut (merecall). Jika tidak mampu ‘memanggil’ kembali, artinya tidak dapat mengingat dengan baik. Konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk memperhatikan atau fokus pada suatu hal.


Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda. Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga tidak dapat dipastikan. Orangtua harus bisa pintar dalam menyampaikan materi. Pada usia ini, sampaikan materi yang disesuaikan dengan perkembangan motoriknya.

Selain itu, materi juga disampaikan dengan cara yang menarik perhatiannya misal dengan permainan warna, sehingga konsentrasi anak optimal. Libatkan anak pada setiap materi yang diberikan. Kemampuan berkonsentrasi juga tergantung pada faktor lingkungan yaitu pola pengasuhan yang benar, cara pembelajaran yang tepat dan pemberian stimulus.
Stimulasi yang diberikan sebaiknya dilakukan secara interaktif karena anak lebih mudah mengingat hal-hal yang pernah ia alami, atau kejadian yang unik. Orangtua harus mengusahakannya misalnya bercerita dengan menggunakan ekspresi.

Selain itu, hargai cara belajar anak, misalnya dengan memperhatikan jadwal belajar sesuai kadar optimal rentang perhatiannya. Dikarenakan setiap anak memiliki waktu-waktu yang berbeda-beda. Perhatikan pula cara penyampaian materi apakah anak lebih menyukai auditori, kinetesis, atau visual.

Yang harus diperhatikan dalam mempertahankan daya ingat anak yang normal dalam arti tidak mengalami gangguan perhatian yakni dalam pemberian reward dan pemberian semangat. Cara lain dengan melakukan pengulangan pemberian materi namun dengan cara yang kreatif. Misalnya tak hanya melalui verbal bisa juga dengan musik, selanjutnya dengan menampilkan simbol-simbol, hal ini akan menimbulkan kesan pada anak.

Untuk mengukur kemampuan memori dan konsentrasi anak, bisa menggunakan tes IQ dengan standarisasi pendekatan Wechsler yang dapat dilakukan pada usia 4 tahun. Tipikal untuk anak yang daya ingatnya di bawah standar biasanya terlihat dari awal yaitu lebih aktif dari anak-anak yang lain, memiliki rentang perhatian yang pendek, tidak pernah mendengarkan informasi secara lengkap dan dalam mengerjakan tugas sering sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan.

 Ada dua hal yang menyebabkan itu terjadi, pertama berkaitan dengan gangguan saraf, kedua pola pengasuhan yang permissive yang bersifat menerima apa saja yang anak lakukan.

Tips pola pengasuhan yang sebaiknya diperhatikan orangtua,
a.Jangan terlalu menekan anak
b.Mengenali cara dan waktu belajar anak
c.Sebisa mungkin sediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan atau kebisingan.

Faktor yang mempengaruhi ketahanan daya ingat antara lain,
a.Keunikan suatu kejadian.
b.Partisipasi aktif dari anak.
c.Peran orangtua dalam membicarakan kejadian masa lalu.
d.Pada balita, akan mengingat jika dilakukan sendiri dan berulang akan membantunya memperkuat ingatan.
Fabiola memaparkan, memperpanjang konsentrasi dapat membangun kepercayaan diri anak. Slain itu, anak lebih mudah dan mampu menerima serta memahami banyak informasi yang dapat digunakan untuk memahami norma sekitarnya, dan hubungan sebab-akibat yang penting dalam interaksi sosial.

Menurut ahli terapi Remedial dari Klinik Akita, Ganis Sulistyorini, S,Pd, Intensitas konsentrasi misalnya dibawah 3 tahun anak selalu ingin tahu sehingga sering tidak fokus pada satu aktivitas saja. Orangtua bisa mengolah rentang konsentrasi anak, misalnya amati waktu yang dibutuhkan anak saat mengerjakan puzzle, jika anak sudah tidak konsentrasi cepat alihkan pada kegiatan lainnya.
Manfaatkan tingginya rasa ingin tahu anak, dengan memperkenalkan beragam aktivitas meski rentang konsentrasinya masih pendek. Gunanya, selain memperkaya pengetahuan, juga mempertahankan daya konsentrasi anak. Sebisa mungkin orangtua kreatif memberikan variasi kegiatan agar anak tidak bosan. Terus evaluasi rentang waktu konsentrasi anak. “Belum tentu anak yang memiliki rentang waktu konsentrasi yang tidak sesuai dengan harapan perkembangan dikatakan anak ADHD, bisa juga akibat kurangnya latihan atau stimulasi,” papar Ganis.
Ciri-ciri anak yang rentang konsentrasinya rendah, untuk usia sekolah biasanya anak sulit fokus pada suatu aktivitas pada waktu yang seharusnya (30-45 menit) atau sulit fokus pada aktivitas yang kurang disukainya.

Sebelum bersekolah, sebaiknya orangtua mulai melatih anak berkonsentrasi mulai dengan memberikan tugas yang sederhana sampai tugas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

Aktivitas bermain juga bisa melatih konsentrasi anak misalnya saat menendang bola, minta anak untuk tending dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang.
Selain itu, pilih aktivitas yang diminati anak, misalnya bermain playstation kemudian alihkan perlahan-lahan ke permainan lain sampai pada kegiatan yang ditargetkan orangtua misalnya membaca atau menulis. Tujuannya anak mampu mengikuti instruksi suatu metode dan mampu melakukannya dengan tepat dan cepat. Latih anak untuk mampu konsentrasi dalam situasi yang berbeda-beda, mulai dari belajar sambil ditemani, belajar sendiri sampai belajar konsentrasi bersama teman-temannya. “Sehingga ketika anak bersekolah mampu mengikuti harapan dari lingkungan sekolahnya, misalnya mampu mengikuti penjelasan guru,”ujarnya.

Share and Enjoy from Inspire Kids

1 comment:

  1. Ada referensi bukunya tidak ya? Saya sedang mengerjakan skripsi tentang konsentrasi anak.. Terima kasiih

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...